KH. SHOLEH BANJARMELATI

 KH. SHOLEH BANJARMELATI SEZAMAN DENGAN SYAIKUNA KHALIL BANGKALAN


Beliau salah satu Pengasuh Pondok Pesantren tertua di Kota Kediri, Pesantren Banjarmelati, Mojoroto, Kota Kediri. 

Beliau adalah KH. Sholeh masih Keturunan Syaikh Abdullah Mursyad, Seorang Auliya' illah yang makamnya ada di daerah Setono Lendehan, Desa Bakalan, Kec. Banyakan, Kab. Kediri.

KH. Sholeh seorang Ulama' yang disegani pada zamannya, beliau masih sezaman Syaikhona Kholil Bangkalan Madura dan Syaikh Nawawi Banten.

KH. Sholeh Banjarmlati dikaruniai 11 orang putra-putri dan juga menantu yang Alim² para pendiri pondok pesantren di sekitar Kediri, mereka adalah:

1. Nyai Hasanah.

Istri Almaghfurlah KH. Muhammad Ma'roef (Pendiri Pondok Pesantren Kedunglo, Kediri).

2. Nyai Anjar.

Istri Almaghfurlah KH. Muhammad Fadli (Pondok Pesantren Batokan, Petok, Mojo, Kediri. Beliau Ayahanda Almaghfurlah KH. Djauhari Fadli, Kras, Kediri dan juga Kakek Almaghfurlah KH. Makhsum Djauhari / Gus Makhsum Lirboyo).

3. Nyai Artimah.

Istri Almaghfurlah KH. Muhammad Dahlan (Pendiri Pondok Pesantren Jampes, Kediri. Beliau adalah Ayahanda Almaghfurlah Syaikh Ihsan, Jampes dan Almaghfurlah KH. Marzuqi Dahlan, Lirboyo).

4. Almaghfurlah KH. Muhammad.

Pondok Pesantren Bandar Kidul, Kota Kediri.

5. Nyai Nafisah.

Istri Almaghfurlah KH. Manshur (Pondok Pesantren Pucung, Blitar).

6. Nyai Khodijah atau Nyai Dlomroh.

Istri Almaghfurlah KH. Abdul Karim "Mbah Manab" (Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Mojoroto, Kota Kediri).

7. Almaghfurlah KH. Rofi'i (Beliau Wafat di Makkah)

8. Almaghfurlah KH. Ya'qub Lirboyo.

Pendiri Pondok Pesantren Haji Ya'qub, Unit Pondok Lirboyo. Ayahanda Almaghfurlah KH. Rofi'i Ya'qub, Lirboyo.

9. Almaghfurlah KH. Asy'ari.

Pondok Pesantren Sumbercangkring, Gurah, Kab. Kediri.

10. Almaghfurlah KH. Abdul Hayyi

Pondok Pesantren Alawi, Banjarmlati, Kota Kediri.

11. Almaghfurlah KH. Ibrahim

Pondok Pesantren Alawi, Banjarmalti, Kota Kediri.

Lalu apa amaliah Kyai Sholeh sehingga punya keturunan yg hebat²; Kyai Sholeh sangat sabar memiliki istri yang sangat membenci beliau. 

Dikisahkan.. Setiap Kyai Sholeh kembali ke rumah setelah i’tikaf di masjid langsung dihadang istri beliau di depan pintu rumah sembari membawa bekas air cucian beras. Air bekas cucian beras tadi langsung disiramkan ke wajah Kyai Sholeh. Meski demikian beliau tetap sabar atas perlakuan buruk istrinya.

Kesabaran Kyai Sholeh cukup lama, terjadi selama sepuluh tahun. Dari kesabaran beliau inilah menjadi sebab istri beliau menjadi tobat, dan mempunyai keturunan yg shalih-shalihah.


Beliau keturunan Panembahan Amir Hasan Bin Sunan Kudus,berikut nasab beliau :

Sayyid Husein  Jamal-ad-din Al Kubra

mempunyai anak 

Sayyid Ibrahim asmarakandi 

mempunyai anak

Sayyid Ali Murtadlo

mempunyai anak

Sunan Ngudung

mempunyai anak

Sunan Kudus wafat 1540 

mempunyai anak

Panembahan Amir Hasan / Pangeran Mekah Demak wafat 1549

mempunyai anak

Pangeran Demang II Kediri sumare ing Desa Badal Kec. Ngadiluwih Kab.Kediri

mempunyai anak

Sayyid Abdul Mursyad alias R Nidokusumo 

mempunyai anak

Kyai Ketib Anom/ Abdurohman sumare ing kalangbret

mempunyai anak

Syaikh Basyarudin Srigading tulungagung

mempunyai anak

Kyai Anbiya' kalangbret

mempunyai anak

Kyai  Muhamad. Ali Maklum banjarmelati

( Kakek Buyut kyai Sholeh Banjarmlati)

MBAH JIPANG (Muhammad Tholhah)Batokan Petok Mojo Kediri.

 MBAH JIPANG

Mbah Jipang! sebuah nama yang melegenda di Kota Kediri, sebuah nama yang menjadi ikon kecerdasan dan kealiman santri-santri Lirboyo pada masa-masa pra kemerdekaan.

Mbah Mad Jipang (Muhammad Tholhah). Beliau lahir sekitar awal tahun 1900-an dan wafat pada bulan Maret 1971 M di Batokan. Mbah Mad Jipang merupakan putra pertama dari pasangan Kyai Fadil (Pengasuh ke-3 Pesantren Batokan) dan Nyai Anjar binti Kyai Sholeh Banjarmlati. Mbah Mad Jipang memiliki 6 orang adik, diantaranya adalah Mbah Jauhari (Ayah Gus Ma'shum Lirboyo) dan Mbah Jamal (Pengasuh ke-4 Pesantren Batokan). Mbah Jipang menikah 4 kali dan dikaruniai 11 anak.

Sebuah riwayat dari Kyai Mahsun, murid Mbah Ma'ruf Kedunglo, nama Jipang ini adalah pemberian Mbah Ma'ruf. Beliau melihat kecerdasan Muhammad Tolhah dalam mengaji kitab, sehingga beliau memberi nama "jipang" yang merupakan akronim dari “Ngajine Gampang”. Sementara itu terdapat riwayat lain yang bersumber dari putri Mbah Jipang, bahwa nama Jipang tersebut diberikan oleh ayah beliau. Sebutan Jipang itu mudah diterima jika melihat kecerdasan Mbah Jipang. Menurut cerita yang dipopulerkan Gus Maksum Lirboyo, Mbah Jipang bisa mahir membaca kitab gundul hanya bermodalkan teori kitab Jurumiyah danTasrif saja. Bahkan menurut penuturan Mbah Manaf Pethuk, beliau Mbah Jipang di masa muda bisa menghafalkan puluhan bait alfiyah dalam waktu yang sangat singkat setara durasi waktu menanak nasi dan hafalan itupun bisa membekas hingga beliau sepuh tanpa lupa sedikitpun. Selain itu beliau juga memiliki trik-trik perhitungan matematis, disamping memiliki kebiasaan yang unik seperti: sering membawa meteran kemana-mana, suka mengukur benda di sekitar, mengukur putaran roda sepeda, mengisi waktu luang dengan latihan menghitung angka-angka.

Saat Beliau mondok di Pondok Lirboyo. Beliau adalah santri kebanggaan Pondok Lirboyo, kepandaiannya luar biasa, dan merupakan bintang atau maestro pada eranya. 

Beliau jiga salah satu guru Gus Ma'shum, beliau bercerita bahwa selain 'alim ilmu kanuragan Mbah Jipang yang paling membahayakan adalah pukulan tangannya, berat pukulan tangannya ibarat buah kelapa yang dihantamkan bisa meremukkan kepala manusia sekali pukul. Gus Ma'shum melihat sendiri kejadian tersebut saat bentrok dengan PKI.

Pernah suatu ketika, ada seorang santri yang ingin mengaji dan mondok kepada beliau "Mbah Mad Jipang", namun beliau tidak berkenan. Dan beliau menyarankan santri tersebut untuk mengaji kepada adiknya, yaitu Kyai Jamaluddin Batokan yang juga sangat alim. Hal ini tentu bukan karena meremehkan, tapi sebagai bentuk ketawadhu'an, serta merasa diri tidak layak, walaupun sebenarnya beliau sangat layak dan sangat pandai. Itulah mungkin alasannya mengapa sebagian ulama'-ulama' besar tidak memiliki pondok pesantren.

Mbah Yai Mad Jipang juga sangat menguasai ilmu faroid atau ilmu waris. Sehingga banyak masyarakat yang mempercayakan pembagian warisnya kepada beliau. Ketika membagi warisan, beliau sangat bijaksana, teliti dan hati-hati, sehingga barang-barang rumah yang kecil dan nampaknya remeh, seperti wajan dan semacamnya, juga beliau ikut hitung kalkulasi. Karena sifat beliau yang bijaksana ini, sehingga ketika sedang membagi warisan,seluruh pihak merasa "marem" atau puas.

Memang orang yang bisa membagi harta waris itu banyak, akan tetapi yang bisa membikin masing-masing pihak bisa merasa puas ini adalah jarang, dimana kebanyakan saat ada pembagian harta waris akan ada pihak yang merasa kecewa, tapi ketika beliau yang membagi, hal ini tidak terjadi. 

Saking terkenalnya beliau dalam masalah bagi waris ini, beliau terkadang diundang untuk bagi waris hingga keluar daerah Kediri, bahkan pernah hingga sampai ke Banyuwangi.

Konon, keahlian beliau ini tidak lepas dari berkah Mbah Kiai Abdul Karim (Mbah Manaf) Lirboyo, guru utama yang masih terhitung paman beliau sendiri. Suatu hari, saat masih mondok di Lirboyo, beliau dipanggil Mbah Manaf di ndalemnya dan didawuhi: "Besok kamu ngaji ke sini, bawa kitab Syansyuriah Syarh Rahabiyah dan sabak (alat tulis-menulis kuno, semacam papan tulis kecil, mungkin dimaksudkan untuk memberikan latihan-latihan penghitungan)."

Mulai saat itu beliau mendapat pelajaran ilmu faraidh langsung dari Kiai Sepuh Lirboyo, Mbah Manaf itu. Namun uniknya, saat pelajaran itu khatam, tiba-tiba ada tamu dari keluarga berada yang berasal dari daerah sekitar Kediri yang meminta bantuan Mbah Manaf untuk membantu membagikan warisan di keluarganya. Lalu Mbah Manaf mengutus santri kesayangannya ini yang baru mengkhatamkan pelajaran ilmu faraidh untuk mewakili beliau memenuhi permintaan tamunya. Maka berangkatlah Mbah Jipang bersama tamu kiainya ini menuju rumahnya.

Esoknya, dengan wajah berseri-seri, tamu tersebut kembali ke Lirboyo menemui Mbah Manaf untuk mengucapkan terimakasih mewakili keluarganya. Keluarganya sangat gembira dan puas atas kepintaran santri beliau dalam pembagian harta warisan. Tak lupa, tamu itupun memberikan oleh-oleh yang banyak pada Mbah Manaf sebagai ungkapan terimakasihnya.

Setelah tamu itu pamit, Mbah Manaf Lirboyo segera memanggil santri kesayangannya itu dan memberikan semua oleh-oleh tamu itu padanya. Karena oleh-oleh itu diberikan langsung oleh kiainya sendiri, bukan oleh tamu tadi, tentu bukan main senangnya Mbah Jipang. Konon saking banyaknya oleh-oleh itu hingga cukup untuk biaya kebutuhan sehari-hari selama setahun di pondok.

Mbah Yai Mad Jipang adalah ulama' yang dalam berpenampilan memilih untuk apa adanya. Beliau sederhana dan bersahaja. Beliau tidak memakai baju-baju khas ulama'. Beliaupun biasa memakai blangkon atau penutup kepala khas orang Jawa kala itu.

Ulama' itu adakalanya yang lembut dan adakalanya yang "kereng" atau tegas. Dan Mbah Yai Mad Jipang ini termasuk kelompok kedua. Beliau memiliki sikap yang tegas.

Pernah suatu ketika, di desanya ada pertunjukan drumband. Dan saat itu terjadi ada seorang gadis yang naik di atas bas yang sedang dibawa oleh seorang pemuda, dan ini tentu melanggar norma, apalagi di zaman itu, maka beliaupun dengan tegas melarangnya. Akibat dari itu, kegiatan drumband di desa tersebutpun dihentikan.

Mbah Mad Jipang dengan baju ala petani atau pedagang sayur dan ikat blangkon di kepala menjadi penampilannya sehari-hari. Bagi yang belum mengenalnya, tentu tidak pernah menyangka di balik penampilan yang sangat sederhana ini, bahwa beliau adalah orang yang sangat alim yang sulit dicari tandinganya, yang begitu dihormati dan disegani oleh kiai-kiai yang sudah mengenalnya. Tidak ada yang tidak mengakui kealiman beliau bagi yang sudah mengenalnya, tak terkecuali Syaikh Masduqi Lasem sekalipun. 

Saat kitab Sirajut Thalibin karya Syaikh Ihsan Dahlan Jampes sudah tersebar luas, Syaikh Masduqi Lasem sering memberikan kritik atas beberapa redaksi yang ada di kitab itu, mulai dari sisi nahwu, sharaf, balaghah dan pengertiannya yang dirasa kurang tepat atau malah mungkin keliru.

Mendengar itu, Mbah Jipang (sebagai sahabat, juga masih terhitung saudara misannya Syaikh Ihsan karena ibu beliau adalah saudari kandung ibu Syaikh Ihsan) berangkat ke Lasem dengan menyaru sebagai penjual pisang menemui Syaikh Masduqi terkait redaksi-redaksi kitab Sirajut Thalibin yang dipermasalahkan. Terjadilah perdebatan seru dan panjang di antara mereka. Hingga setelah selesainya perdebatan itu Mbah Jipang pamit, Syaikh Masduqi mengatakan pada para santrinya: "Aku tas wae kalah debatan je karo bakul gedang ko Kediri" (Saya baru saja kalah berdebat sama penjual pisang dari Kediri).

Diantara amalan yang sangat beliau utamakan, dan menjadi wirid beliau sewaktu-waktu adalah memperbanyak membaca alhamdulillah dan membaca istighfar. Pernah ada seseorang yang meneliti beliau ketika sedang membaca sesuatu dengan lirih, dan ternyata kedua bacaan inilah yang beliau perbanyak.

Kangen beliau Lahumul faatihah..

WAlloohu a'lam bissowab.

Sumber:

1. Almarhum Romo Kyai Mohammad Ustman Petok.

2. Ustadz Agus Bobang.

3. Ibu Umi Masitoh Petok.

4. AN Ang-hab

5. Akhid Nasrulloh

6. Admin

Biografi BJ Habibie


Bacharuddin Jusuf Habibie, atau yang lebih dikenal dengan BJ Habibie, lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Ia adalah Presiden ketiga Republik Indonesia yang menjabat pada tahun 1998 hingga 1999, setelah pengunduran diri Presiden Soeharto. Habibie dikenal sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam bidang teknologi, industri, dan reformasi politik di Indonesia. Selain itu, Habibie juga dihormati sebagai seorang ilmuwan, teknokrat, dan pemimpin yang membawa perubahan signifikan dalam sejarah Indonesia.

Habibie berasal dari keluarga yang sangat mendukung pendidikan. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie, adalah seorang pegawai pemerintah, sedangkan ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat mendukung karier pendidikan Habibie. Sejak kecil, Habibie menunjukkan minat besar dalam bidang sains dan teknologi.

Habibie melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia (UI), namun ia kemudian pindah ke Jerman untuk melanjutkan studi teknik penerbangan di Rhein-Westphalian Institute of Technology di Aachen, Jerman, pada tahun 1955. Ia berhasil meraih gelar insinyur (Diplom-Ingenieur) dalam waktu singkat, kemudian melanjutkan studi dan meraih gelar doktor dalam bidang teknologi penerbangan pada 1965.

Setelah meraih gelar doktor, Habibie bekerja di perusahaan teknologi di Jerman, terutama di bidang pengembangan pesawat terbang. Ia berhasil menciptakan berbagai inovasi dalam teknologi penerbangan, salah satunya adalah dalam pengembangan pesawat terbang dengan menggunakan material komposit. Keahliannya ini membuatnya dikenal di kalangan ilmuwan dan teknokrat internasional.

Pada 1973, Habibie diminta oleh Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia dan membantu mengembangkan industri pesawat terbang di tanah air. Ia kemudian mendirikan industri pesawat terbang di Indonesia, yang dikenal dengan nama IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara), yang kelak berhasil memproduksi pesawat terbang seperti N-250, sebuah pesawat regional yang dirancang dan diproduksi di Indonesia.

Habibie mulai terlibat dalam dunia politik pada awal 1970-an, ketika ia dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi pada 1978. Posisi ini memberikan kesempatan bagi Habibie untuk mengembangkan berbagai program penelitian dan teknologi di Indonesia. Kemampuannya dalam bidang teknologi dan manajemen industri membuatnya menjadi salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam pemerintahan.

Pada 1998, ketika Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang mendalam dan ketegangan politik yang tinggi, Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah memerintah selama 32 tahun. BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden, menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998.

Selama masa kepresidenannya yang singkat (1998-1999), Habibie dikenal sebagai pemimpin yang memprioritaskan reformasi politik dan demokrasi. Salah satu langkah besar yang diambilnya adalah mengizinkan kebebasan pers dan membuka ruang untuk munculnya partai politik baru. Habibie juga memberikan kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk menyuarakan pendapat mereka, yang sebelumnya terkekang selama era Orde Baru.

Selain itu, Habibie juga melaksanakan kebijakan desentralisasi dengan memberikan otonomi lebih besar kepada pemerintah daerah. Salah satu keputusan besar yang diambil adalah mengadakan referendum di Timor Timur pada 1999, yang akhirnya mengarah pada kemerdekaan Timor Leste.

Namun, di sisi lain, masa pemerintahan Habibie juga menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan sosial akibat krisis finansial yang melanda Asia pada 1997-1998. Pada tahun 1999, Habibie memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan umum dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) setelah pemilu yang berlangsung di bawah pengawasan reformasi demokrasi.

Setelah masa jabatannya, Habibie tetap aktif dalam dunia pendidikan dan teknologi. Ia mendirikan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan teknologi di Indonesia, seperti Habibie Center. Selain itu, Habibie juga menjadi figur penting dalam dunia internasional dan sering berbicara di berbagai forum internasional mengenai isu-isu teknologi, demokrasi, dan perdamaian.

BJ Habibie dikenal sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam membangun fondasi demokrasi di Indonesia, meskipun masa kepemimpinannya sangat singkat. Ia dihormati bukan hanya sebagai seorang ilmuwan dan teknokrat, tetapi juga sebagai pemimpin yang berani mengambil langkah-langkah berani dalam proses reformasi politik di Indonesia.

BJ Habibie menikah dengan Ainun Habibie, seorang dokter yang juga sangat berpengaruh dalam hidupnya. Ainun adalah teman hidup yang sangat berarti bagi Habibie, dan mereka dikenal sebagai pasangan yang saling mendukung dalam berbagai aspek kehidupan. Habibie sangat kehilangan Ainun yang meninggal dunia pada 2010.

BJ Habibie mengakhiri hidupnya pada 11 September 2019 di Jakarta, setelah berjuang melawan penyakit. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Habibie dikenang sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia yang menggabungkan keahlian dalam teknologi dengan dedikasinya terhadap kemajuan bangsa.

BJ Habibie tetap menjadi simbol perubahan, teknologi, dan demokrasi, serta warisan besar yang ditinggalkan bagi generasi Indonesia berikutnya.

 

Kisah Sahabat: Abu Bakar Ash-Shiddiq

Profil Singkat Nama lengkap: Abdullah bin Abi Quhafah Gelar: Ash-Shiddiq (yang membenarkan) Lahir: 573 M di Mekah Wafat: 634 M di Madinah Ke...