KH. Mas Subadar adalah seorang ulama terkemuka yang dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum di Besuk, Pasuruan, Jawa Timur. Beliau lahir pada tahun 1942 di Desa Besuk, Kejayan, Pasuruan, sebagai putra dari pasangan KH. Subadar dan Hj. Maimunah. Pada usia tiga bulan, beliau telah menjadi yatim piatu karena ditinggal wafat ayahanda. Sejak kecil, beliau diasuh dan dididik oleh ibundanya, Hj. Maimunah,yang menjadi panutan dan sumber inspirasi dalam hidupnya.
Meskipun kehilangan ayah sejak dini, beliau mendapat didikan yang sangat kuat dari ibunya, Hj. Maimunah, yang sangat berperan dalam membentuk karakter dan pendidikannya. Ibundanya menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya, memberikan kasih sayang dan pendidikan yang sangat berharga, terutama dalam pendidikan agama. Ini membuat KH. Mas Subadar memiliki keteguhan dan semangat dalam menuntut ilmu sejak kecil.
Tumbuh dalam lingkungan yang religius, beliau mulai menghafal Al-Qur'an dan belajar berbagai ilmu agama sejak usia dini, yang nantinya membentuknya menjadi seorang ulama yang dihormati di daerahnya.
Dalam menuntut ilmu, KH. Mas Subadar menunjukkan dedikasi yang tinggi. Beliau belajar di berbagai pesantren, termasuk Pesantren Lirboyo di Kediri, di bawah bimbingan KH. Machrus Ali. Di sana, beliau mendalami berbagai cabang ilmu agama dan menjadi santri yang dikenal rajin dan cerdas.
Setelah menikah dengan Nyai Aisyah pada tahun 1969, beliau kembali aktif dalam kegiatan organisasi dan kepemimpinan pesantren. Pada tahun 1976, beliau memimpin Pondok Pesantren Raudlatul Ulum dan menjabat sebagai Rois Syuriah NU Cabang Pasuruan pada tahun 1980. Beliau juga terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat, menjadi panutan bagi banyak orang.
KH. Mas Subadar wafat pada Sabtu malam, 30 Juli 2016, pada usia 72 tahun. Kewafatan beliau menjadi momen yang sangat berduka bagi keluarga, santri, dan masyarakat luas, terutama di kawasan Pasuruan dan sekitarnya, di mana beliau dikenal sebagai sosok yang sangat dihormati dan berperan besar dalam dunia pendidikan agama serta kegiatan sosial.
Sebelum meninggal, beliau memang sudah dalam kondisi yang cukup lemah karena faktor usia. Namun, meskipun demikian, beliau tetap menjalani aktivitas keagamaan dan memimpin Pondok Pesantren Raudlatul Ulum dengan penuh dedikasi. KH. Mas Subadar dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana, tegas, dan teguh dalam pendirian. Beliau juga sangat dekat dengan para santri dan masyarakat, yang menjadikan kepergiannya sangat dirasakan oleh banyak orang.
Setelah meninggal dunia, jenazah KH. Mas Subadar dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, yang terletak di Desa Besuk, Kejayan, Pasuruan. Pemakaman beliau di pesantren yang beliau pimpin selama bertahun-tahun ini menjadi simbol pengabdian dan dedikasi beliau dalam dunia pendidikan agama, khususnya di pesantren tersebut.
Kepergian beliau meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang, dan pondok pesantren yang beliau pimpin terus menjadi tempat pendidikan dan pengajaran bagi generasi selanjutnya.
No comments:
Post a Comment