Monday, December 30, 2024

Cerita Hikmah 3 (Menyambut Bulan Ramadhan)

 Rasulullah saw. bersabda : "Barang siapa bergembira akan datangnya bulan Ramadhan,diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka" (HR. Nasa'i)

Seorang ulama' bercerita : Dahulu ada orang bernama Muhammad,orang itu mudah teledor dan terkadang meninggalkan sholat.

Tetapi jika tiba bulan Ramadhan ,ia merapikan diri dengan pakaian yang bagus,memakai wewangian ,tekun berpuasa dan rajin shalat.

Bahkan ia sempatkan mengqodo'i kekurangan shalat-shalat yang pernah dia tinggalkan.

Ketika ditanya : " Mengapa engkau berbuat begitu ?"

Dia menjawab : "Ini bulan taubat,rahmat dan berkah.Semoga Allah memaafkan diriku dibulan Ramadhan ini dengan Karunia-Nya."

Kemudian setelah orang itu meninggal,aku bertemu dengannya di dalam mimpi,dan aku bertanya :" Bagaimana Allah swt. menyambutmu ?"

Dia menjawab : " Allah swt mengampuni dosa-dosaku sebab aku menghormati bualan Ramadhan "

Untuk itu saudaraku seiman,marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan amal-amal ibadah kita,bertaubat dari dosa-dosa ma'siat karena pintu ampunan Allah senantiasa terbuka luas untuk hambanya yang mau bertaubat,sebesar apapun dosa yang kita perbuat,Insyaallah pasti mendapatkan ampunan.

(Irsyadul Ibad)


Syekh Kuro

Syekh Kuro adalah seorang tokoh sufi yang terkenal di kalangan masyarakat Muslim di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera. Ia dikenal sebagai seorang ulama yang mendalam ilmunya dan memiliki pengaruh besar dalam penyebaran ajaran Islam, khususnya dalam hal tasawuf dan pendidikan agama. Meskipun banyak kisah dan cerita mengenai kehidupan Syekh Kuro, sebagian besar sumber mengenai beliau masih bersifat lisan, yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat.

Perjalanan Spiritual dan Pembelajaran Islam

Syekh Kuro lahir di sebuah desa kecil di Sumatera pada abad ke-19. Sejak kecil, ia dikenal memiliki kecerdasan luar biasa dan rasa ingin tahu yang mendalam terhadap agama. Ayahnya, seorang guru agama, sering mengajarkan dasar-dasar ilmu agama, namun Syekh Kuro merasa ada yang lebih dalam yang perlu ia cari.

Pada usia muda, Syekh Kuro memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dan melakukan perjalanan spiritual. Ia menuju ke berbagai tempat untuk mencari ilmu dari para ulama dan sufi terkemuka. Perjalanan ini membawanya ke berbagai penjuru dunia, dari Mekkah hingga ke Mesir, dan ia belajar dari banyak guru spiritual besar di zamannya.

Di Mekkah, Syekh Kuro mendalami ilmu tasawuf dan fiqih. Di sana, ia bertemu dengan sejumlah ulama besar yang memberikan pencerahan spiritual dan memperdalam pemahaman Syekh Kuro tentang makna kehidupan dan kedekatan kepada Tuhan. Setelah bertahun-tahun belajar, Syekh Kuro merasakan panggilan untuk kembali ke tanah air dan membagikan ilmu serta pengalamannya.

Kembali ke Indonesia, Syekh Kuro mendirikan sebuah pesantren di daerah Kuro, yang menjadi pusat pendidikan agama. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama secara tradisional, tetapi juga mengajarkan ilmu tasawuf yang mendalam, tentang cara mendekatkan diri kepada Tuhan dengan kesederhanaan hati dan keikhlasan.

Syekh Kuro juga dikenal sebagai seorang yang sangat disiplin dalam beribadah. Ia mengajarkan bahwa dalam setiap aspek kehidupan, seseorang harus selalu menjaga hubungan dengan Tuhan dan selalu bersikap tawadhu serta sabar. Dalam mengajarkan murid-muridnya, ia menekankan pentingnya menjaga hati dan membersihkan diri dari segala bentuk penyakit hati seperti sombong, iri, dan dengki.

Kisah mengenai Syekh Kuro juga dipenuhi dengan cerita tentang mukjizat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya, ada yang bercerita bahwa ketika ia sedang mengajar, hujan lebat tiba-tiba turun dan membuat seluruh desa banjir. Namun, rumah dan pesantren yang ia dirikan tetap kering, seolah-olah dilindungi oleh kekuatan Tuhan.


Syekh Kuro juga dikenal memiliki sifat dermawan. Ia selalu membantu orang yang membutuhkan, baik itu dengan memberikan ilmu, materi, maupun nasihat yang membangun. Banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta petunjuk hidup, dan Syekh Kuro dengan sabar memberikan solusi dengan cara yang lembut dan penuh kasih.

Pengaruh dan Legasi

Syekh Kuro meninggal dunia pada usia yang cukup tua, namun warisannya tetap hidup dalam bentuk ilmu dan pesan-pesan moral yang ia ajarkan. Pesantrennya menjadi salah satu tempat pendidikan agama yang terkemuka di Sumatera. Banyak ulama dan cendekiawan yang pernah belajar di bawah bimbingan beliau, dan mereka menyebarkan ajaran Syekh Kuro ke seluruh penjuru Indonesia.

Hingga saat ini, masyarakat di daerah sekitar Kuro sering mengadakan peringatan untuk mengenang jasa dan perjuangan Syekh Kuro dalam menyebarkan ajaran Islam. Nama beliau terus dihormati, dan banyak orang yang datang ke makamnya untuk berziarah, meminta doa, dan memohon berkah.

Kisah Syekh Kuro adalah kisah tentang pencarian spiritual yang tak kenal lelah, pengabdian tanpa pamrih, dan perjuangan untuk menyebarkan kebaikan dan kedamaian melalui ajaran agama yang mendalam. Ia tetap menjadi teladan bagi banyak orang dalam menjalani hidup yang penuh dengan keimanan, kebijaksanaan, dan kesederhanaan.

Monday, December 23, 2024

KISAH KH.MUHAMMAD THOIFUR MAWARDI PURWOREJO

Beliau adalah kyai yang masyhur karena kelebihannya mirip dengan Waliyulloh.  Salah satu karomah KH.Muhammad Thoifur ini adalah tidak basah meski berjalan di bawah hujan. Doa-doa yang disampaikan KH.Muhammad Thoifur Mawardi ini selalu mustajabah, banyak kyai dan ulama meminta doa dari beliau. 


Di Makkah ada sumur yg bernama bi’ru Thoifur (sumur thoifur), sumur itulah yg digunakan keperluan sehari-hari oleh para santri Abuya Sayyid Maliki di Ma’had Rusaifah,  Dahulu ketika Abuya ingin membuat sumur, beliau meminta saran kepada santri kesayangannya yaitu Abah Thoifur yg sudah menjadi kebiasaan baginya untuk bermimpi bertemu Rosululloh, agar sekiranya Rosululloh bisa memberi petunjuk dimana tempat yg memang cocok untuk dibuatkan sumur, dan akhirnya dibuatlah sumur yg sesuai dengan petunjuk dari Rosululloh lewat mimpi santri tersebut, dan atas jasanya sumur itu diabadikan dengan nama beliau. 

Bahkan dulu ketika Abuya ingin berkunjung ke luar negeri, beliau sering meminta saran kepada santrinya ini agar menanyakan kepada Rosululloh, apakah Rosululloh merestui atau tidak, jika iya maka beliau akan berangkat tapi jika tidak beliaupun tidak jadi berangkat.  Ahli mimpi bertemu Rosululloh, inilah citra yang sangat melekat pada abah Thoifur, dan kisah diatas hanya sedikit dari cerita beliau bermimpi Rosululloh, karena memang itu sudah menjadi kebiasaannya. 

Dulu beliau nyantri di Abuya selama 12 tahun, karena ke’alimannya, beliau sempat disuruh mengajar oleh Abuya dan tercatat bahwa Mbah Najih MZ pun pernah belajar kepada beliau.  Sekarang beliau menjadi Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Kedungsari Purworejo. 

اللهم صل على سيد نا محمد وعلى ال سيد نا محمد

Ijazah Kubro

Total Pageviews

Search This Blog

Blog Archive

Followers