Sang maestro sufi ini bernama lengkap Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Janki Dausat bin Abu Abdullah bin Yahya Al-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa al-Jun bin Abdullah al-Mahadh, yang lebih populer dengan panggilan Syekh Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani. Ia dilahirkan pada tahun 470 H (1077-1078 M) di Jil, daerah di belakang Tabaristan, kini termasuk wilayah Iran.
Ia mendapat julukan Al-Ghawts al-A'zham, manifestasi sifat Allah
'Yang Mahaagung', yang mendengar permohonan dan memberikan pertolongan,
dan Al-Qutb al-A'zham, pusat dan ujung embara rohani, sultan aulia,
sumber hikmah, perbendaharaan ilmu, teladan iman dan Islam, dan pewaris
hakiki kesempurnaan Nabi Muhammad Saw.
Ia belajar kepada beberapa
orang ulama, seperti Ali Abul Wafa al-Qayl, Abul Khaththab Mahfuzh, Abul
Hasan Muhammad al-Qadhi, dan Abu Sa'ad al-Mubarak ibn Ali al-Muharrami.
Selain itu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga menimba ilmu pada
ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai 13 bidang ilmu. Banyak orang
yang belajar padanya tentang tafsir, hadis, dan persoalan mazhab.
Setiap mengeluarkan fatwa, ia menggunakan kaidah fikih Imam Syafi'i dan
Imam Ahmad ibn Hanbal. Ia juga menguasai ilmu perbandingan, ushul fikih,
nahwu, dan ilmu qiraat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah yang terkenal kritis terhadap sufi dan tasawuf, dalam
beberapa fatwanya menyanjung dan memuji Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Beliau menyebutkan, karamah-karamah yang dimiliki oleh Syekh Abdul Qadir
dinukil secara mutawatir.
Ada banyak buku dan artikel yang dinisbatkan kepadanya, namun yang disepakati sebagai karyanya hanya ada tiga, yaitu:
1.
Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq (Bekal Para Pencari Kebenaran).
Karya ini banyak terpengaruh--baik tema maupun gaya bahasanya--dengan
Ihya 'Ulum ad-Din karya al-Ghazali. Ini terlihat dengan penggabungan
fikih, akhlak, dan prinsip suluk.
2. Al-Fath al-Rabbani
wa al-Faydh al-Rahmani (Menyelami Samudra Hikmah), kumpulan tausiyah
yang pernah disampaikan Syekh dalam majelisnya. Setiap satu pertemuan
menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali pertemuan.
Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada hari
Jumat, awal Rajab 546 H.
3. Futuh al-Ghayb (Penyingkapan
Kegaiban), kompilasi dari 78 artikel yang ditulisnya berkaitan dengan
suluk, akhlak, dan lain-lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan
Al-Fath al-Rabbani.
Ia wafat pada Sabtu, 8 Rabi
al-Tsani 562 H. Makamnya terletak di Madrasah Bab al-Darajah di Baghdad,
telah menjadi tempat ziarah penting bagi kaum Muslimin, khususnya kaum
sufi. Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan
bertausiyah.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan
tokoh sufi yang paling masyhur di Indonesia. Ia adalah pendiri Tarekat
Qadiriyah. Terlepas dari pro dan kontra atas kebenaran karamah-nya,
cerita-cerita tentangnya sering dibacakan dalam majelis yang dikenal di
masyarakat dengan sebutan manaqiban. Peringatan haul waliyullah ini pun
selalu dirayakan setiap tahunnya oleh umat Islam di Indonesia.
No comments:
Post a Comment