Jelang Kritis, Gus Dur Sempat Minta Pijat

Jumat, 1 Januari 2010 | 10:06 WIB

Laporan wartawan Persda Network Ade Mayasanto

JAKARTA, KOMPAS.com — Jelang memasuki masa kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mantan Presiden Abdurrahman Wahid sempat mengeluhkan sakit di kaki kiri kepada dokter. Rasa sakit ini muncul tiba-tiba sekitar pukul 10.30 WIB, Rabu (30/12/2009). Lantaran sakit, dia pun meminta dokter spesialis bedah kulit, Andi Jimmy Mappale, untuk memijat kakinya tersebut.
Atas permintaan Gus Dur ini, bukan hanya dokter yang turun tangan. Ajudan Gus Dur, yakni Bambang Susanto, juga ikut memijat kaki Gus Dur. Merasa lebih enak, Gus Dur tidak terlihat gelisah. Namun, rasa sakit itu ternyata tak berhenti begitu saja. Rasa sakit muncul kembali setengah jam setelah pijatan pertama dilakukan.
Gus Dur minta dipijat kembali seraya membelakangi dokter Andi. Pijatan mau tak mau kembali dilakukan. Bantal yang tersedia dijadikan penyangga agar Gus Dur tak merasakan sakit.

Keluhan Gus Dur ini mendapat perhatian serius tim dokter yang berjumlah 17 orang. Rapat dilakukan mendadak dan akhirnya diputuskan bahwa Gus Dur mesti dibawa ke ruang Perawatan Jantung Terpadu (PJT). Sekitar pukul 12.00 WIB, Gus Dur dibawa ke ruang PJT yang terletak di lantai V. "Peralatan di sana lengkap. Jadi, pengawasan lebih bagus," Andi menjelaskan alasan pemindahan perawatan Gus Dur.

Menurut Andi, setelah melalui peralatan, diketahui bahwa terjadi gangguan di pembuluh darah pada pangkal kaki kiri Gus Dur. Namun sayang, Andi tidak melanjutkan penjelasan lantaran tidak mengetahui lebih lanjut penanganan Gus Dur saat berada di PJT.Perihal pijatan ini diamini ajudan Gus Dur, Bambang Susanto. "Bapak sebelumnya memang minta pijat karena kaki kirinya terasa pegal-pegal," ungkapnya pendek.

Sesaat setelah upacara pemakaman selesai para warga berdesakan untuk mencium nisan makam mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis (31/12/2009).