BIOGRAFI RINGKAS KH. MOH. USTMAN KEDIRI

1. NASAB BELIAU

Beliau lahir di desa Petok. Salah satu desa ditepi barat Sungai Brantas Kabupaten Kediri Jawa Timur. Desa ini berada diantara dua pesantren besar yang sudah begitu mashur namanya, yaitu Pondok Lirboyo dan Pondok Ploso.

Ayah beliau bernama Kyai Abdul Qodir bin Kyai Fadhil bin Kyai Mustajab bin Kyai Ali Munshorif Batokan.


Kakek beliau, yaitu Kyai Fadhil adalah orang tua dari dua ulama' besar di Kediri! pada zamannya, yaitu Kyai Jamal Batokan dan Kyai Jipang Batokan. Kyai Fadhil juga merupakan ayah dari Kyai Jauhari, dimana Kyai Jauhari ini adalah menantu dari Kyai Abdul Karim Pondok Pesantren Agung Lirboyo, sekaligus juga merupakan ayah dari tokoh yang begitu terkenal akan kehebatannya, yaitu Gus Ma'sum.


Sementara nenek beliau atau istri dari Kyai Fadhil Batokan bernama Nyai Anjar binti Kyai Soleh Banjar Mlati. Kyai Soleh juga merupakan ulama' besar di Kediri pada zamannya. Menantu beliau juga ulama'-ulama' hebat, diantaranya adalah:


1. Kyai Abdul Karim pendiri Pondok Lirboyo.

2. Kyai Ma'ruf pendiri Pondok Kedunglo.

3. Kyai Abdulloh pendiri Pondok Bangsongan, dan

4. Kyai Fadhil, pengasuh Pondok Batokan.


Adapun nama ibu beliau adalah Nyai 'Aisyah atau sering dipanggil Mbah Sah. Beliau putri dari Kyai Anwar Pacul Gowang. Sementara Kyai Anwar ini adalah kakek dari Kyai Anwar Mansyur pengasuh Pondok Pesantren Agung Lirboyo saat ini.


Demikian sekilas mengenai nasab beliau yang bersambung dengan banyak ulama'-ulama' besar.


SubhanAllooh...


2. KELUARGA

KH. Mohammad Ustman adalah merupakan anak terakhir dari pasangan Kyai Abdul Qodir dan Ibu Nyai 'Aisyah. Adapun nama kakak-kakak beliau adalah:

1. Fathimah.

2. Hindun.

3. Thohiroh.

4. Hamidah.


Keluarga beliau pada mulanya tinggal di Dusun Batokan, akan tetapi kemudian pindah ke dusun Petok, dan disaat berada di Petok inilah beliau dilahirkan.


Adapun setelah dewasa dan setelah lulus Pon.Pes. Lirboyo, beliau menikah dengan Ibu Nyai Nur, putri dari Kyai Siroj dari Purwodadi Jawa Tengah. Dimana kemudian beliau dikaruniai dua orang anak, yaitu Gus Muhammad dan Neng Fatimah.


3. RIHLAH ILMIYAH

Setelah lulus SD, beliau melanjutkan studinya dengan mondok di Pesantren Lirboyo yang saat itu dibawah asuhan almarhum Kyai Mahrus Ali. Saat berangkat beliau ditemani Ustadz Wahid yang kala itu juga mendaftar masuk ke Pondok.


Karena memiliki kecerdasan yang menonjol, maka saat itu beliau sering diminta pihak Pondok Lirboyo untuk mewakili pondok dalam forum Bahsul Masail diberbagai pondok pesantren.


Ketika Romadhon, beliau juga pernah "ngaji posonan" dibeberapa pesantren lain. Diantaranya Pesantren Senori Tuban, dibawah asuhan almarhum Kyai Fadhol yang terkenal sangat alim. Dan juga pernah "ngaji posonan" di Pesantren Kwagean Kediri, dibawah asuhan Kyai Abdul Hanan, sosok ulama' karismatik, alim dan juga begitu tawadhu', yang memiliki ribuan santri.


Selain itu, beliau juga pernah mengaji Kitab Sohih Bukhori kepada paman beliau, Kyai Jamaluddin Batokan, yang membimbing beliau dan sering menjadi sumber rujukan beliau ketika ada masalah.


Setelah lulus di Pondok Lirboyo, beliau diminta mengajar di almamater beliau tersebut. Selain itu, beliau juga pernah mengajar di Pesantren Klodran yang waktu itu dibawah asuhan almarhum Kyai Ridwan.


Selain mengajar, beliau juga aktif menulis kitab-kitab. Kitab pertama beliau adalah kitab I'anatun Nisa', kitab berbahasa Jawa yang membahas masalah ilmu haid.


Diantara penyebab beliau menulis kitab ini adalah berawal atas keprihatinan beliau dimana banyak kaum wanita yang tidak memahami masalah istihadhoh. Sudah umum dikalangan wanita yang memahami dan beranggapan bahwa bila keluar darah lebih dari 15 hari, maka kelebihannya otomatis adalah darah kotor atau istihadhoh, padahal anggapan ini salah dan tidak sesederhana itu.


Penyebab lainnya, suatu ketika saat ada musyawaroh para guru di Pesantren Lirboyo, beliau mendapat dorongan dari Kyai Anwar Mansyur untuk menulis kitab yang membahas masalah haid dan istihadhoh. Dan akhirnya, lahirlah kitab I'anatun Nisa' ini.


4. MENDIRIKAN PESANTREN


Ketika sudah di rumah, beliau mendirikan pengajian yang hingga kemudian berkembang menjadi sebuah Pondok Pesantren. Pesantren beliau bernama Pon.Pes. Al-Anwar. Sebuah nama yang beliau ambil untuk tafa'ulan pada pesantren Al-Anwar Sarang yang diasuh oleh almarhum Kyai Maemoen Zubeir, sosok ulama' yang begitu kharismatik di Indonesia.


Selain mengasuh para santri di pesantren beliau sendiri, beliau juga mengajar di Pesantren Temboro dan juga Pesantren Lirboyo hingga beliau wafat.


Sekalipun beliau berkiprah diluar Jam'iyyah Nahdotul Ulama', namun beliau tetap memiliki hubungan yang begitu baik dengan Pesantren Lirboyo. Bahkan saat Pesantren Lirboyo ada acara, baik acara pondok maupun acara pribadi dari para Masyayikh Lirboyo, beliau tetap sering mendapat undangan.


Sesuatu hal yang begitu jarang, dimana biasanya mereka yang memilih "beda", akan terputus dari Pesantren. Namun beliau tetap bersambung, bahkan tetap mendapat perlakuan yang istimewa dari para Masayikh Lirboyo.


SubhanAllooh...


5. KARYA TULIS

Beliau juga penulis yang produktif. Sudah puluhan kitab karya beliau. Dimana setidaknya ada 6 kitab yang khusus membahas problematika darah wanita. Diantara karya tulis beliau yaitu:

1. I'anatun Nisa'.

2. Kifayatun Nisa'.

3. Fiqhul Haid.

4. Mereka Bertanya Kepadamu tentang Haid.

5. HAID dan Masalah-Masalah Wanita Muslim.

6. MAHIR Ilmu Haid.

Enam kitab di atas adalah kitab-kitab yang membahas secara khusus permasalahan fiqih haid. Selain itu, ada juga kitab-kitab beliau yang lain, diantaranya:


7. Akhlakul Nubuwwah.

8. Akhlaqus Salafus Solih.

9. Anwarul Hukama'.

10. Zubdah Birrul Walidain.

11. Suruthu Qobulid Du'a.

12. Rukhosut Thoharoh.

13. Jalbur Rizky. 

14. Adabul Munakahah.

15. Risalatut Taubah, dll.


6. WAFAT

Beliau wafat di hari yang mulia, yaitu pagi hari di hari Jum'at tanggal 5 Dzulhijjah 1444 H / 23 Juni 2023 M. Banyak ulama' juga masyarakat yang hadir untuk berta'ziyah ke rumah duka. Termasuk penta'ziyah dari daerah-daerah luar Kabupaten Kediri. Beliau di makamkan di pemakaman keluarga di barat masjid Pon.Pes. Batokan Kediri.


7. JASA BELIAU

Tentu begitu banyak jasa beliau. Salah satu diantaranya adalah boleh dikata beliau adalah ulama' yang menghidupkan ilmu haid di Indonesia. Karena sebelumnya penjelasan-penjelasan mengenai masalah haid yang detail hanya disebutkan di kitab-kitab fiqih yang tebal-tebal. Sehingga banyak masyarakat awam yang tidak mengetahui hukum permasalahan darah haid ini.

Memang sebelum kitab I'anatun Nisa' ini sudah terbit kitab khusus yang membahas masalah haid. Namun di era kitab I'anatun Nisa' inilah ilmu haid bisa tumbuh dan berkembang pesat dan menyebar luas di Indonesia. Sehingga setelah itu banyak muncul kitab-kitab maupun buku-buku lain yang juga mengkupas ilmu haid. Dan Alhamdulillah, saat ini telah banyak bermunculan pakar-pakar ilmu haid di berbagai tempat di Indonesia, bahkan hingga negeri jiran Malaysia.


8. PENDAPAT PARA 'ULAMA


Beliau begitu mendalam ilmunya, terutama dalam fan fiqih, terkhusus lagi dalam kajian seputar darah haid.

Sehingga almarhum Kyai Uzairon menjuluki beliau sebagai Kyai yang "faqih" (ahli fikih). Sementara almarhum Kyai Kasmuri Njasan menyebut bahwa ilmu beliau bagai lautan.

Demikian sekilas mengenai biografi beliau. WAlloohu a'lam bissowab.

KH. Hamim Thohari Djazuli (Gus Miek)

KH. Hamim Thohari Djazuli, akrab dipanggil Gus Miek. Beliau dilahirkan di Kediri pada hari sabtu kliwon tanggal 17 Agustus 1940 M.Beliau wafat pada hari sabtu kliwon tanggal  5 Juni 1993 M atau pada tanggal 14 Dzulhijjah 1413 H .

Gus Miek adalah pendiri amalan dzikir Jama'ah Mujahadah Lailiyah,Dzikrul Gofilin,dan sema'an (mendengarkan) al-Qur'an Jantiko Mantab.

Ia adalah anak kandung dari K.H. Ahmad Djazuli Utsman, pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur.

Ia terkenal sebagai seorang kiyai nyentrik yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar Pesantren untuk berdakwah,kebanyakan di kalangan selebritis.

Gus Miek juga terkenal sebagai waliyullah (kekasih Allah) yang memiliki banyak karomah (kelebihan).

Beliau putra dari Kyai Haji Ahmad Djazuli Usman dan Nyai Hajjah Rodliyah.Beliau anak ke tiga dari enam bersaudara.

Kakak beliau adalah : Kyai Haji Ahmad Zainuddin Djazuli , Kyai Haji Nurul Huda Djazuli

Adik beliau adalah: Kyai Haji Fuad Mun'im Djazuli , Kyai Haji Munif Djazuli , Nyai Hajjah Lailatul Badriyah Djazuli

Beliau menikah dengan Nyai Hajjah Lilik Suyati  dan dikaruniai empat putra dan dua putri.

Untuk putra beliau: Kyai Haji Tajuddin Heru Cokro, Kyai Haji Sabuth Panotoprojo , Kyai Haji Tijani Robert Saifunnawas, Kyai Haji Orbar Sadewo Achmad, Nyai Hajjah Tahta Alvina Pagelaran, Nyai Riyadin Dannis Fatussunnah.

Untuk cucu-cucu beliau adalah : Agus Shofa Chasba Bahreisy (Reisy),Agus Ferry Chusnul Ma'ab (Ferry), Agus Thuba Topo Broto Maneges (Thuba) ,Agus Laits Asmoroqondi (Laits). 

Frase Umur Menurut KH.Maimun Zubair

KH Maimun Zubair ulama kenamaan Indonesia yang akrab disapa Mbah Moen menjelaskan rahasia umur manusia.

Beliau mengungkap hal ini untuk memberikan pemahaman kepada para jamaah agar tahu fase umur mulai dari 7, 28, 35, 42, 49, 56,63 hingga 70 tahun.

Orang hidup di dunia dari mulai lahir, sekolah, nikah, kerja, kaya, tua hingga meninggal, agar orang tahu dan bisa mempersiapkan bekal untuk dunia dan akhirat.

Adapun rahasia umur menurut Mbah Moen dari 7,28, 35, 42, 49, 56,63 hingga 70 tahun berikut ini penjelasannya dan tahapan manusia semasa hidup di dunia. 

Tahapan dasar orang hidup didunia yang pertama adalah lahir dan setelah usia 7 tahun sekolah (mencari ilmu).

Setelah 7 tahun harus sekolah lanjutan, 7 tahun lagi, harus sekolah yang lebih tinggi, tahapan sekolah ini sangat lama bahkan maksimalnya itu sampai 28 tahun.

7x4=28, setelah 28 harus nikah, kalau umur 28 belum nikah, namanya terlalu tua.

Setelah 28 tahun sekolah dan mencari ilmu, tahapan manusia selanjutnya yaitu mencari pekerjaan dari umur 28 sampai 35 tahun.

Setelah 28 tahun tambah 7 tahun lagi 35 tahun, harus punya pekerjaan.

Adapun pada umur 35 sampai 42 tahun akan terlihat mana orang yang ditakdirkan kaya dan mana orang yang ditakdirkan miskin.

35+7=42, kalau kaya yah terlihat kaya, kalau memang miskin ya terlihat miskin.

Kalau 42 tahun tidak kaya, maka memang tidak ditakdirkan kaya. 

Tahapan selanjutnya kata Beliau yaitu pada umur 49 tahun, dimana hidup manusia akan segera habis.

Diusia 42 sudah terlihat bagiannya, 42+7=49, sudah hampir habis usianya. 

Untuk itu pada umur 49 hingga 56 tahun, Mbah Moen menyarankan kepada semuanya untuk tidak kemana-mana.

49+7=56, sudah tidak usah kemana-mana, jangan transmigrasi karena hanya buang-buang umur saja.

Apabila ada seseorang yang sudah berumur 63 tahun, namun masih hidup. Maka orang tersebut panjang umur.

Sekarang 7x9=63, mati pantes hidup juga pantes, tambah 7 tahun lagi, 70 tahun memang sudah tua, memang jatah panjang umur. 

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ

Artinya: Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan Islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman dan akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah.

Semoga dengan keterangan beliau akan dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala

Kagem beliau : Al-fatihah 

Kisah Sahabat: Abu Bakar Ash-Shiddiq

Profil Singkat Nama lengkap: Abdullah bin Abi Quhafah Gelar: Ash-Shiddiq (yang membenarkan) Lahir: 573 M di Mekah Wafat: 634 M di Madinah Ke...