Beliaulah
yang membawa perubahan di dunia kesantrian di NU. Berpikir bagaimana
seorang santri tidak hanya belajar agama saja namun juga harus mengerti
pendidikan umum, bahkan bahasa asing. Ia melihat bahwa kalangan santri
saat itu masih kalah jauh dengan siswa-siswa keluaran sekolah umum,
apalagi banyak pejuang-pejuang pergerakan adalah dari kalangan sekuler,
oleh karena itu ia berusaha mendobrak bagaimana agar santri tidak
hanya mengerti agama tapi juga mengerti ilmu umum. Saat awal-awal
perjuangannya di NU ia banyak mendapat kritikan karena idenya membawa
pelajaran sekuler saat itu di dunia santri. Namun, ia hadapi dengan
penuh kesabaran. Ia juga mengusulkan sebuah madrasah yang belajar agama
dan ilmu umum.
Wahid Hasyim
adalah seorang pembelajar sejati, ia melahap semua buku-buku baik
agama maupun umum, baik buku ekonomi, sejarah, politik, seni budaya,
semua ia lahap habis. Sampai-sampai ia dalam usia muda harus mengenakan
kacamata karena hobinya itu.
Ia
juga mengkritik orang-orang terpelajar yang tidak peka terhadap
masalah-masalah kemasyarakatan. Menurutnya, mereka hanya bisa membaca
buku-buku kecil dalam huruf-huruf kecil a-b-c-d atau alif-ba-ta-tsa,
tetapi tidak bisa membaca buku-buku besar dengan huruf-huruf besar.
Yang dimaksudkan di sini adalah kebanyakan orang pandai tidak mampu
membaca tanda-tanda (fenomena) yang sedang bergejolak dalam masyarakat.
Dalam umur yang cukup muda, Wahid Hasyim
(Almarhum) telah memimpin beberapa organisasi besar. antara lain
NU,Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A’la
Indonesia)sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di jaman
pendudukan Belanda.Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal
24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah
yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan.
Masyumi,Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau
mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani
oleh KH. A kahar Muzakkir, LMI (Liga Muslimin Indonesia), dll.
Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Selain itu beliau juga sempat menggantikan ayahnya memimpin Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Bahkan beliau pernah menjadi
menteri kabinet termuda pada masa itu. Kemampuannya dalam berpidato
juga cukup disegani. Ia pernah mendirikan Badan Propaganda Islam.
Banyak prestasi yang ditorehkan saat menjadi menteri agama antara lain
menetapkan pelajaran agama wajib di sekolah-sekolah, mengembangkan
PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri), sekolah pendidikan untuk
guru agama, dll.
Di awal-awal perjuangan kemerdekaan ia juga sangat berperan aktif. Wahid Hasyim
sangat menentang penjajahan. Ia bahkan tidak sudi menerima kemerdekaan
yang hanya merupakan hadiah penjajah. Ia berpikir bagaimana
kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan sepihak dari bangsa Indonesia
sendiri. Selain itu, beliau juga salah satu yang mengusulkan dan
memperjuangkan bagaimana kalimat “menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”
dalam Piagam Jakarta, walaupun akhirnya dalam perdebatan gagal, karena
daerah Timur yang mayoritas Kristen akan menolak bergabung dengan RI
bila kata-kata tersebut di-gol-kan.
Sayangnya,
dalam usia sangat muda sekitar 39 tahun beliau mengalami kecelakaan
mobil di daerah Cimahi Jawa Barat Beliau lalu menghembuskan nafas
terakhir pada esok harinya di RS Boromeus Bandung, pada tanggal 19 April 1953 KH.Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng Jombang Jawa Timur, kita sebagai seoarang muslim selalu merindukan sosok-sosok muda layaknya Wahid Hasyim yang mampu memimpin negeri ini.Untuk Beliau Al-Fatihah.
Diambil dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment